Free Fire Pointer Blue Cursors at www.totallyfreecursors.com
Pulau Emas

Rabu, 22 Desember 2010

1. Karangan
Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu (Finoza, 2004:192). Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan, pendapat gagasan, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan ”mengirimkannya” kepada orang lain (Syafie’ie, 1988:78). Selanjutnya, menurut Tarigan (1986:21), menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca.
Semua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan penulis. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Menurut Syafie’ie (1988:42), secara psikologis menulis memerlukan kerja otak, kesabaran pikiran, kehalusan perasan, kemauan yang keras. Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis. Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya, misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis (Semi, 2003:4)
Jadi, sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam kegiatan menulis, yaitu (1) penguasaan bahasa tulis yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, diksi, struktur kalimat, paragraf, ejaan, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
Bahasa merupakan sarana komunikasi. Penulis harus menguasai bahasa yang digunakan untuk menulis. Jika dia menulis dalam bahasa Indonesia, dia harus menguasai bahasa Indonesia dan mampu menggunakannya dengan baik dan benar. Menguasai bahasa Indonesia berarti mengetahui dan dapat menggunakan kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia, serta mengetahui dan dapat menggunakan kosa kata bahasa Indonesia. Ia juga harus mampu menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku, yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (Syafie’ie, 1988:46).
Mengacu pada pendapat di atas, menulis bukan hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasatuliskan dari bahasa lisan), tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi sedemikian rupa, sehingga terjadi suatu kegiatan komunikasi tidak langsung antara penulis dan pembaca. Seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis, jika tujuan penulisannya sama dengan yang dipahami oleh pembaca.
Contoh :
Gejala Merokok Dalam Kalangan Remaja
Gejala merokok kian meningkat kini walaupun pelbagai kempen dijalankan untuk mengurangkan perokok. Banyak remaja, lelaki mahupun perempuan yang terjebak dalam tabiat buruk ini. Tabiat merokok bukan sahaja membazirkan wang malah membawa pelbagai penyakit yang boleh membawa maut seperti kanser paru-paru. Menurut Menteri Kesihatan, Dato’ Dr. Chua Soi Lek, peningkatan merokok dalam kalangan remaja kian meningkat mengikut statistik pada tahun 2006.
Kempen antimerokok yang sedang dijalankan oleh kerajaan baru-baru ini sememangnya satu langkah yang baik. Kerajaan patut dipuji kerana berusaha untuk membanteras tabiat merokok. Kempen ini memberi penumpuan kepada rupa paras negatif orang yang merokok untuk menakutkan remaja yang terjebak dalam tabiat ini. Kempen ini juga menunjukkan keadaan paru-paru orang yang merokok. Paru-paru tersebut hitam, kering, dan sungguh menakutkan.
Kempen antimerokok ini disebarkan secara meluas dalam pelbagai media. Televisyen, surat khabar, dan juga radio kini dipenuhi dengan iklan-iklan antimerokok. Para remaja yang majoritinya menonton televisyen serta mendengar radio diberi kesedaran mengenai tabiat merokok dan kesan-kesan melalui iklan-iklan ini. Melalui pengiklanan golongan sasaran kempen ini, iaitu perokok seharusnya dapat dicapai dan kadar perokok dapat dikurangkan.
Kempen antimerokok yang dilancarkan oleh kerajaan kira-kira setahun yang lalu di seluruh negara berlandaskan slogan “Tak Nak!” Slogan ini sangat sesuai untuk membuang tabiat buruk merokok dan mengatakan “tak nak kepada rokok.” Kesan-kesan buruk tabiat merokok yang dipaparkan dapat menanam rasa takut dalam jiwa perokok. Pihak kerajaan berharap kempen-kempen ini dapat menyedarkan perokok untuk berhenti merokok dan mengamalkan gaya hidup sihat.
Kempen antimerokok ini merupakan antara langkah kerajaan yang amat dipuji. Harapan kerajaan melalui kempen ini adalah untuk menyedarkan perokok dan mengurangkan jumlah perokok khususnya remaja. Kesimpulannya, semua pihak berkenaan perlulah bekerjasama untuk menghapuskan tabiat yang membunuh ini. Dengan usaha kerajaan yang berterusan dan intensif ditambah dengan kerjasama masyarakat diharapkan kempen ini akan berjaya.
2. Jenis-jenis Karangan
Mengarang merupakan kegiatan mengemukakan gagasan secara tertulis. Menurut Syafie’ie (1988:41), tulisan pada hakikatnya adalah representasi bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk visual menurut sistem ortografi tertentu. Banyak aspek bahasa lisan seperti nada, tekanan irama serta beberapa aspek lainya tidak dapat direpresentasikan dalam tulisan. Begitu juga halnya dengan aspek fisik, seperti gerak tangan, tubuh, kepala, wajah, yang mengiringi bahasa lisan tidak dapat diwujudkan dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, dalam mengemukakan gagasan secara tertulis, penulis perlu menggunakan bentuk tertentu. Betuk-bentuk tersebut, seperti dikemukakan oleh Semi (2003:29) bahwa secara umum karangan dapat dikembangkan dalam empat bentuk yaitu narasi, ekposisisi, deskripsi, dan argumentasi.
2.1 Berdasarkan Bentuknya
2.1.1 Prosa
Dalam tradisi sastra Melayu lama, prosa adalah seluruh hasil karya sastra lisan dan tulisan yang panjang, baik yang berbentuk cerita ataupun bukan cerita, dengan bahasa Melayu sebagai medium. Dari tradisi lisan, muncul tiga genre prosa yang sangat populer di kalangan masyarakat Melayu yaitu: cerita mitos, legenda dan dongeng. Sedangkan dari tradisi tulisan, muncul prosa genre cerita (narasi) dan bukan cerita. Prosa tulis yang berbentuk cerita di antaranya hikayat, epik, sastra panji, sastra sejarah dan sastra agama; sementara prosa tulis yang bukan cerita, di antaranya prosa tentang undang-undang, kitab dan ilmu tradisional. Dalam prosa, bahasa dipahami dalam pengertian denotatif, sesuai dengan makna leksikalnya. Oleh sebab itu, prosa seringkali dipertentangkan dengan puisi. Namun demikian, ada pula bentuk prosa yang terpengaruh oleh puisi, yang disebut dengan prosa liris atau prosa puitis.
Prosa lama biasanya dicirikan dengan kesukaan pengarang untuk menggambarkan kehidupan masyarakat di saat prosa itu dikarang. Secara umum, ada beberapa ciri lain yang menonjol pada prosa lama tersebut antara lain: (1), deskripsi yang jelas dan panjang mengenai hal-hal fantastis yang berpusat pada kehidupan istana; (2), banyak unsur bahasa asing sebagai akibat dari pengaruh agama Hindu dan Islam; (3), tanggal dan nama pengarang tidak tertulis; (4), khusus prosa narasi yang mendapat pengaruh Islam, biasanya dimulai dengan kalimat, kata sahibul hikayat atau konon kabarnya. Di antara contoh prosa lama adalah Hikayat Bayan Budiman, Bustan al-Salatin, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Misa Jayeng Kusuma, Kitab Hadiqah al-Azhar wa al-Rayyahin, Hikayat Nur Muhammad.
Contoh :
Hikayat Amir
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah.Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.”
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertmu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari. ”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pijaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.
Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju. Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya.
Sumber : Bina Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IV: Erlangga

2.1.2 Puisi
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif. Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.

Yang Membedakan Puisi dari Prosa
Slametmulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987) Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung.
Unsur-unsur Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan. Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Contoh :
DOA
Kepada Pemeluk Teguh
Tuhan ku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat kau penuh seluruh
cahayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Karya Chairil Anwar, 13 November 1943
2.1.3 Drama
Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.
Drama (Yunani Kuno δρᾶμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.

“TUMBANG”
Perempuan
Hantu?
Lelaki
(bangkit, memegang bahu perempuan itu dan melepaskannya lagi) Tidak, tidak, kau bukan hantu. Cuma aku, aku saja.
Perempuan
Apa maksudmu?
Lelaki (ketawa kecil).
Ah, tidak apa-apa Tidak apa-apa, Dik.
Perempuan
Kau tidak senang melihat aku?
Lelaki
Bukan begitu. Aku senang kau datang kemari. Mana tempatmu?
Perempuan
Tempatku jauh….
Lelaki
Jauh? Di…. di sana? (menuding ke atas). Berapa kali bumi ini jauhnya?
Perempuan (tercengang)
Mas.Omongmu tidak karuan!
Lelaki
Di neraka atau di sorga?
Perempuan
(marah) Rupanya kau sudah menjadi gila! Neraka atau sorga, katamu? Di sorga tak mungkin. Sebab kaulah yang menghalang-halangi aku untuk pergi ke situ kelak. Kaulah yang menyeret aku ke neraka!
Lelaki
Benar…. benar, Dik. (berjalan ke kursi, duduk, matanya nanar memandang ke satu jurusan).
Perempuan
Bukankah salahmu melulu, bahwa penghidupan kita ibarat neraka? Sehingga aku lari dari padamu, setahun yang lalu?
Lelaki (bertopang dagu)
Ya, ya Dik. Maaf, maaflah.
Perempuan
(lunak kembali) Mas, bukan maksudku untuk membalas dendam.
Lelaki
(mengangguk) Kutahu, Dik, kutahu baik hatimu.
Semuanya ini salahku. Penderitaan orangtuaku.
Sengsaramu. Semua aku yang menyebabkannya. Aku penjudi, peminum, penjahat, duh! Cinta kasih orang tua dan cinta kasihmu, betapa aku membalasnya?
Harta benda orang tua habis lenyap karena aku.
Habis dengan judi dan minum. Kusakitkan hati ayahku, kusedihkan ibuku. Dan kau Dik, (Memandang perempuan muda. itu) betapa aku membalas kebaikanmu?
Dengan malas, dengan minum, brendi berbotol-botol yang kubeli dengan uangmu! Kau yang selalu kerja keras, aku yang menghabiskan uangmu, aku yang menyayat hatimu, menyiksa jiwamu! Maaf, maaf, Dik!
Perempuan
Biarlah, itu sudah lampau. Sekarang aku sudah bisa mendapat mata pencaharianku sendiri. Tapi kau sendiri?
(melihat di sekitarnya). Kau kekurangan segalanya, Mas.
Lelaki
Hukumanku, Dik, biarlah. Ini sudah setimpal.
Perempuan
Kalau mau, aku bisa menolong….. (membuka tasnya).
Lelaki
(cepat) Ah tidak! Tidak. Terima kasih, Dik.
Perempuan
Tak usah malu-malu, Mas. Kuberikan dengan rela hati.
Lelaki
Aku tahu, aku tahu! Tapi jangan, jangan aku kauberi apa-apa. Ah, kalau kupikir bahwa kau mau menolong aku, kau yang kujerumuskan ke jurang kemiskinan dan kehinaan! Segala kesabaranmu, kerelaan dan cintamu, kubalas dengan apa? Dengan muka masam, kekasaran dan penghinaan. Ah, betapa sering kuhina kau, Dik?
Betapa sering kulemparkan cacian ke mukamu bahwa kau berasal dari kaum rendah, tak pantas bersama aku, sebab aku seorang bangsawan? -Bangsawan, ha, ha! Apa artinya turunan bangsawan, jika tidak disertai kebangsawanan jiwa? O, orang yang buta tuli seperti aku ini! Picik dengan persangkaanku bahwa orang berbangsa lebih dari orang lain, mesti di atas orang biasa. Picik, pandir, dan gila! Sedangkan kau, Dik, seribu kali kau lebih bangsawan daripada aku!
Perempuan
Sudahlah. Jangan kau siksa dirimu dengan sesalan saja. Sekarang kau sudah insaf. Tutuplah riwayat yang dulu-dulu.
Lelaki
Riwayat yang dulu masih berakibat sampai sekarang.
Hanya kepahitan sajalah yang kau terima dari aku.
Segala kenikmatan hidup sudah kurenggut, kuhela, kucuri dari padamu, Dik. Tak pernah ada yang kuberi padamu….O. Keangkuhan darah bangsawan yang tak mau campur dengan darah murba, karena itu dianggapnya rendah, kotor. Tapi siapakah yang kotor, Dik? Aku, aku sendiri! Dan kaulah yang murni!
Meskipun karena kemiskinanmu engkau menjadi ….. Dik, kau masih menjalankan pekerjaan yang….
yang…..?
Perempuan
Ya, Mas, yang hina, yang sangat hina, katakan sajalah.
(air matanya berlinang-linang)
Lelaki
(berdiri) Aku yang salah, Dik! Cintamu yang murni itu bahkan mau kauberikan kepada aku yang kotor ini, tapi kau kuinjak-injak, kuhina, kurusak, sehingga… sehingga kau terpaksa pergi menjual cintamu…
Demi Allah- Allah yang tak pernah kusebut dulu, kini kusebut, Dik- (memegang tangan perempuan itu kedua-duanya dengan kedua belah tangannya, berlutut), demi Allah, ampunilah aku. Maaf, maaf, Dik!
Perempuan (air matanya meleleh)
Cukup, cukuplah, Mas.
Lelaki
Kau ampuni aku, Dik? Katakan….!
Perempuan
Ya, ya Mas, berdirilah.
Lelaki
Katakan! Kumau dengar perkataan maafmu.
Perempuan
Kumaafkan engkau, Mas, sudahlah.
(berdiri)

Sumber: Horison, Kitab Nukilan Drama
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/

2.2 Berdasarkan Cara Penyajiannya
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
2.2.1 Narasi
Karangan narasi (berasal dari narration = bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak –tanduk, perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau dalam suatu kesatuan waktu.
Seperti halnya karangan deskripsi, karangan narasi memiliki dua macam sifat yaitu, narasi ekspositoris/narasi faktual dan narasi sugestif/narasi berplot. Narasi yang hanya bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang memiliki disebut narasi sugestf. Contoh narasi sugestif, misalnya novel dan cerpen; sedangkan contoh narasi ekspositoris, misalnya kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, cerita tentang peristiwa pembunuhan. Kutipan di bawah ini adalah contoh karangan narasi ekspositoris atau narasi faktual.

KHALIL GIBRAN
Khalil Gibran lahir di kota Bsharre yang dibanggakan sebagai pengawal hutan cedar suci Lebanon, tempat Raja Sulaiman mengambil kayu untuk membangun kuilnya di Yerusalem. Ia lahir dari keluarga petani miskin. Ayahnya bernama Khalil bin Gibran dan ibunya bernama Kamila.
Ketika lahir orang tuanya memberi nama Gibran, sama seperti nama kakek dari ayahnya. Hal ini merupakan kebiasaan orang-orang Lebanon pada masa itu. Maka lengkaplah namanya menjadi Gibran Khalil Gibran, yang kemudian lebih dikenal Khalil Gibran atas anjuran para gurunya di Amerika yang mengagumi kejeniusannya. Nama yang sekarang ini sekaligus mengubah letak huruf “h” dari nama yang diberikan orang tuanya.
Khalil Gibran yang lahir pada 6 Januari 1883, dikenal sangat dekat dengan ibunya. Bahkan guru Gibran yang pertama adalah ibunya sendiri. Dari janda Hanna Abdel Salam inilah mula-mula Gibran mengenal kisah-kisah terkenal Arabia dari zaman khalifah Harun al-Rasyid, Seribu Satu Malam dan Nyanyian-nyanyian Perburuan Abu Nawas. Dan ibunya pula yang menanam andil besar dalam membentuk Gibran sebagai penulis dan pelukis dunia.
Sejak Gibran kecil, Kamila, sang ibu sudah berusaha menciptakan lingkungan yang membangkitkan perhatian Gibran pada kegiatan menulis dan melukis, dengan memberinya buku-buku cerita serta satu jilid buku kumpulan reproduksi lukisan Leonardo da Vinci. Hal ini boleh jadi karena ibunya memang seorang yang terpelajar yang menguasai beberapa bahasa di luar bahasa Arab dan bahasa Suryani seperti, bahasa Perancis dan Inggris.
Karena himpitan ekonomi yang tak tertahankan, maka pada tahun 1895, Gibran dibawa pindah ke Boston, Amerika Serikat. Selama dua setengah tahun Gibran memasuki sekolah negeri di Boston yang dikhususkan bagi anak laki-laki. Selanjutnya ia pindah ke sekolah malam selama setahun untuk memperdalam ilmu pengetahuan umumnya.
Untuk biaya pendidikan di sana, saudara tirinya Peter dan ibunya berjuang untuk itu. Atas permintaannya sendiri, Gibran dikirim kembali oleh ibunya ke Lebanon untuk mengembangkan bahasa ibunya. Ia lantas masuk Madrasat al-Hikmat (sekolah filsafat) dari tahun 1898 hingga 1901. Di sekolah ini ia mengikuti berbagai kuliah antara lain, hukum internasional, musik, kedokteran, dan sejarah agama.
Gibran menamatkan pendidikannya di Madrasat al-Hikmat pada tahun 1901 dalam usia delapan belas tahun dengan mendapat pujian (cum laude). Sebelumnya, yaitu pada tahun 1900, Gibran pun tercatat sebagai redaktur majalah sastra dan filsafat Al-Hakikat (kebenaran).
Masa kepenyairannya Gibran terbagi dua tahap, yaitu tahap pertama dimulai tahun 1905 dengan karya-karya antara lain: sekilas tentang seni musik (Nubdzah fi fanna al-Musiqa, 1905), Puteri-Puteri Lembah (‘Arais al Muruj, 1906), Jiwa-Jiwa yang Memberontak (Al-Arwah al-Muttamarridah, 1908), Sayap-Sayap Patah (Al-Ajniha’l Muttakassirah, 1912), Air Mata dan Senyum (Dam’ah wa’Ibtisamah,1914). Tahap ini disebut tahap penyairan Gibran dalam bahasa Arab. Adapun tahap kedua dari tahap kepenyairan ialah dimulai pada tahun 1918 dan disebut sebagai tahap kepenyairan dalam bahasa Inggris. Karya-karyanya antara lain, Si Gila (The Madman, 1918), Sang Nabi (The Prtphet, 1923), Pasir dan Buih (Sand and Foam, 1926), dan masih banyak lagi.
Pada akhirnya ia memang tercatat pula berhasil dalam bidang seni lukis, malah seorang sahabatnya yaitu Henry de Boufort member komentar atas kemampuannya dalam seni lukis dengan berkata “Dunia pasti mengharap banyak dari penyair pelukis Lebanon ini, yang sekarang telah menjadi William Blake ke-20”
Hari-haari terakhir Gibran dihabiskannya dengan kegiatan menulis dan melukis disebuah studio “pertapaan”nya di New York. Di sinilah ia hanya ditemani oleh saudara perempuannya yang masih hidup, mariana.
Gibran meninggal dunia pada tanggal 10 April 1931 karena sakit lever dan paru-paru. Jasad bekunya dibawa orang pulang ke Lebanon dan dimakamkan di Lembah Kadisnya.
(disuting dari ”Khalil Gibran Pantas Dikenang”
tulisan Kamser Silitonga, kompas, 10 April 1993)


2.2.2 Deskripsi
Deskripsi dipungut dari bahasa Inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa). Deskripsi adalah pelukisan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Misalnya, seorang guru anatomi harus dapat mendeskripsikan bagian-bagian tubuh seperti keadaan yang sebenarnya.
Uraian di atas mengandung pengertian bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan asal katanya, yaitu describre (Latin) yang berarti menulis tentang, membeberkan sesuatu hal, memberikan sesuatu hal, melukiskan sesuatu hal. Memberikan sesuatu berarti melukiskan seperti adanya, tanpa menambah serta mengurangi keadaan sebenarnya.
Penggambaran dalam sesuatu hal dalam deskripsi merupakan kecermatan pengamatan dan ketelitian panulis yang kemudian dituangkan dengan menggunakan kata-kata yang kaya akan nuansa dan bentuk. Dengan kata lain, penulis harus sanggup mengembangkan objek dalam rangkaian kata-kata yang penuh arti dan kekuatan, sehingga pendapat dapat menerimanya seolah-olah ia melihat, mendengarkan, merasakan, menikmati sendiri objek itu. Hal ini menuntut panulis memiliki kata yang tepat sesuai gambaran objek yang sebenarnya, sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri, sifat-sifat, atau hakiat objek yang dideskripsikan itu.
Tulisan deskripsi dimaksudkan untuk menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, dan memberikan identitas atau informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalinya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tadi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tulisan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan, membeberkan sesuatu objek sesuai dengan ciri-ciri, sifst-sifat atau hakikat objek yang sebenarnya. Penulis tidak mencampuradukkan antara keadaan yang sebenarnya dengan penafsirannya sendiri.
Supaya karangan sesuai dengan tujuan, diperlukan suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan. Penulis perlu bersikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran objek yang tepat sesuai dengan maksud yang akan dicapai. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.
1. Pendekatan Realistis
Dengan pendekatan ini penulis dituntut memotret hal/barang seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihat. Ia bersikap seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-detail, rincian-rincian secara orisinal, tidak dibuat-buat dan harus dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar. Perhatikan kutipan dibawah ini.
Contoh
“……. Di perahu kakek Abah dan bakul besar, karung, tagguk kecil dan tangguk besar. Segulung tali ditaruhnyan di buritan perahu. Pisau dan korek api juga ada. Rokok kretek dan sebotol air minum tergeletak di haluan. Air putih dalam botol kelihatan jernih…….”
(K. Usman: Bermain dengan Kerang Hijau, Aries Lima, halaman11)

2. Pendekatan yang Impresionistis
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam member pandangan atau interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Hal ini sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan dengan kepekaannya mampu mengekspresikan suasana peristiwa yang dijumpai.
Contoh
Lampu-lampu jalanan mengakhiri aktivitasnya. Sinar-sinarnya mulai menghilang dari pandangan mata. Sayup-sayup suara unggas mulai memecahkan kesunyian. Riang gembira kicauannya memanggil surya. Di sela-sela dahan, sang surya mulai menampakkan sinarnya. Kehangatan sinarnya mencairkan embun di pucuk–pucuk dedaunan. Persada tampak cerah secerah sang penantang pagi yang menggantungkan harapannya.
Tulisan tersebut menggambarkan betapa cerahnya pagi itu dirasakan oleh penulis. Penulis berusaha mengekspresikan keindahan pagi itu dengan melukiskan matahari terbit.

2.2.3 Eksposisi
Karangan eksposisi yang dipungut dari kata bahasa inggris exposition sebenarnya berasal dari bahasa latin yang berarti membuka atau memulai. Memang karangan eksposisi merupakan wahana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Informasi seperti yang dapat kita baca sehari-hari di dalam media massa pada umumnya berupa karangan eksposisi. Di dalam media massa, berita di-expose atau dipaparkan kepada pembaca dengan tujuan memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi setiap pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian. Jadi, karena jenis karangan eksposisi hanya bersifat memaparkan suatu, maka ia juga dapat disebut karangan paparan. Sebagai contoh, kita dapat menyimak isi kutipan karangan di bawah ini.

PELECEHAN BAHASA OLEH PEJABAT
DITERIMA SEBAGAI KEBENARAN
Kesewenangan-wenangan dan pelecehan bahasa tidak hanya dilakukan rakyat di bawah tetapi dilakukan pula oleh penguasa di atas. Meski yang dikerjakan sama tetapi karena statusnya berbeda maka dampaknya jadi berbeda pula. Kesewenangan-wenangan berbahasa yang dilakukan rakyat akan dianggap tidak resmi, menyimpang, aneh, dan gila. Namun jika kesewenangan-wenangan itu dilakukan pejabat akan diterima sebagai prilaku yang resmi, benar, rasional, dan standar.
Dr. Ariel Heryanto, pengamat sosial dan linguis dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), mengemukakan hal itu pada hari kedua Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya di Jakarta, Rabu (27/9).
Ia menyebutkan sebuah contoh kesewenangan-wenangan dan pelecehan bahasa yang dilakaukan para pejabat yang tidak dianggap sebagai suatu kelucuan tetapi suatu kebenaran, resmi, dan standar. “Harga-harga disesuaikan”, “Ini Pancasila, itu bukan Pancasila”, “Tidak bersih Lingkungan”, kata Ariel, merupakan istilah yang diterima sebagai kebenaran sekalipun pada dasarnya itu merupakan suatu pelesetan atau kesewenangan-wenangan dalam berbahasa.
“Semua itu berlangsung tanpa intervensi ahli-ahli bahasa. Ini menunjukkan betapa yang diajarkan di kelas-kelas bahasa terasing dari masyarakat. Padahal rakyat tidak hanya bergulat mencari beras tetapi juga kadang-kadang bunek karana keracunan omongan pejabat”. ujarnya.
Ariel mengajak para pakar bahasa untuk ikut serta memberdayakan rakyar dengan mencerna bahasa yang digunakan dalam pernyataan-pernyataan pejabart. Pakar bahasa perlu hadir dalam pengadilan untuk menjelaskan apa arti sebenarnya” menghina dan tidak menghina pemerintah” serta “menghina dan tidak menghina rakyat”.
Lebih lanjut Ariel mengatakan, sebuah sejarah panjang bisa ditulis untuk menggambarkan bagaimana kesewenangan-wenangan itu dibikin, disangkal, dan kemudian dimapankan dengan berbagai pengorbanan pihak yang dirugikan dan rezeki yang diuntungkan. Pada saat ini, tambah Ariel, nasib sejumlah warga negara dipertaruhkan karana kesewenangan-wenangan pemakaian bahasa yang tidak bias dipisah-pisahkan dengan kesewenangan-wenangan politik.
“Sejak tahun 1989 terjadi panen paling meriah dalam pengadilan aktivis muda di Indonesia dengan menggunakan pasal-pasal penghinaan terhadap pejabat negara. Ini menunjukkan betapa serius dan meluasnya makna menghina dan tidak menghina dalam berbahasa Indonesia saat ini, kata Ariel”.
Kompas, 9 September 1996

2.2.4 Argumentasi
Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk menyakinkan para pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisannya harus terampil dalam dalam bernalar dan menyusun ide menurut aturan yang logis. Karangan argumentasi memiliki ciri sebagai berikut.
a. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
b. Mengusahakan pemecahan suatu masalah.
c. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.
Kutipan dibawah ini adalah contoh karangan argumentasi.

SULIH BAHASA FILM ASING
Imbauan Mendikbud dan Menpen untuk melakukan sulih bahasa (dubbing) semua film asing, baik di TV maupun di gedung bioskop, nampaknya lebih merupakan intruksi, lantaran ada batas waktu yang diberikan, selambat-lambatnya 16 Agustus 1996, atau 3,5 bulan setelah imbauan dilontarkan. Yang menjadi masalah tentu bukan semata-mata waktu yang singkat itu, tetapi berbagai hal menyangkut film itu sendiri. Ini tergambar dari pendapat dari berbagai pihak yang berbeda-beda mengenai hal ini.
Kalangan televisi sendiri lebih banyak menyoroti masalah kesulitan teknis bila imbauan itu harus dipenuhi. Misalnya kesiapan rumah produksi dengan para pesulih bahasanya, jumlah dan kualitas pesulih bahasa yang terbatas. Hanya Freddy M. Nindan, Manajer Produksi PT Eltra Studio yang menyinggung kualitas film aslinya. Baginya, hanya film-film kurang berbobot saja, dan tentu film anak-anak, yang perlu disulihbahasakan.
Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional, Johan Tjasmadi malahan lebih berhati-hati. Sebagai insan film yang mengerti hakekat sebuah film sebagai karya multi media yang bukan hanya sekedar karya gambaran, nampaknya Johan Tjasmadi paham benar bahwa pesulihbahasaan sebuah film asing tak boleh sembarangan. Langkah untuk itu harus dibicarakan dulu secara mendalam dengan berbagai pihak.
Dr. Salim Said, pengamat film dan penulis kritik dan sejarah film Indonesia yang andal lebih terbuka mengatakan, sulih bahasa film asing justru akan membuka pintu labar-lebar bagi masuknya nilai-nilai asing. Ini dapat dipahami. Dengan teks terjemahan, hal-hal yang diaanggap rawan, baik dalam bidang sosial, budaya,maupun politik, tidak perlu diterjemahkan. Hanya penonton yang paham bahasa asing film tersebut yang mungkin jeli manangkap hal itu, lantas, karena pendidikan dan kemampuan memfilter pengaruh asing sudah cukup, tak akan terpengaruh. Sedangkan sulit bahasa menuntut dialok sedekat mungkin dengan gerak mulut palakonnya. Jadi, akan nampak janggal bila dialog sulih bahasanya ringkas padahal mulut palakon masih komat-kamit.
Memang diakui, di beberapa Negara, sulih bahasa film asing sudah dilakukan dengan baik. Selain itu, film dengan bahasa aslinya juga masih tersedia di pasaran. Beberapa tahun lalu saya sempat menonton film berdasarkan karya Shakespeare di Paris, dalam bahasa aslinya dengan teks terjemahan Prancis. Sebagai orang yang buta bahasa Prancis, saya malah belajar beberapa kata Prancis dari menonton film itu.
Ada beberapa hal menyangkut film dan pendidikan yang perlu diperhatikan dalam kewajiban mensulih-bahasakan semua film asing. Pertama, film sebagai karya multi media dan karya seni berbicara melalui gambar, suara, dan bahasa. Tiga unsur itu saling menunjang, dan mutu serta keindahan karya film dapat rusak kalau salah satu unsurnya terganggu. Tidak percaya? Secara sederhana, pernahkah Anda menonton film yang dikenal bermutu bagus di gedung bioskop kelas kambing. Dengan kualitas proyektor rendah, sistem akistik gedung tak memadai, juga pengeras suara semutu pengeras suara rapat umum, yang tersaji adalah pertunjukan yang menyakitkan, bukan saja bagi mata, tapi juga telinga dan hati kita. Dialog (bahkan dalam film Indonesia) tak terdengar jelas meski pengeras suara berbunyi keras. Menonton film asing dengan terjemahan dalam kondisi seperti ini bak membeca buku di tengah kebisingan.
Bahasa dalam sebuah karya film yang bagus, bukan sekedar unsur tempelan. Saya tak bias membayangkan harus menikmati sebuah film karya Kurozawa dengan sulih bahasa apa saja. Cara pemain pria dan wanita Jepang dalam mengungkapkan perannya melalui bahasa mempunyai warna khusus. Keindahan bahasa film itu membawa nilai tersendiri. Demikian juga film-film berbahasa Prancis, Arab, Jerman bahkan dalam bahasa-bahasa yang jarang sekali kita dengar.
Karena itu saya menaruh hormat pada TPI yang sering menyiarkan film-film berbahasa Arab dengan versi aslinya. Jiwa budaya yang diembuskan melalui bahasa itu memberikan nikmat tersendiri bagi budaya. Dalam hubungan dengan ini, mungkin perlu dipertimbangkan usul yang sudah ditemukan tadi, bahwa sebaiknya film yang disulih bahasakan hanya film-film “kodian” macam telenovela.
Disadari atau tidak, sebuah film adalah sumber pelajaran. Kita tidak saja memperoleh pengetahuan dari sebuah film, tapi juga memahami lebih jauh budaya, tata cara, adat kebiasaan sebuah masyarakat yang jauh dari masyarakat kita. Film dalam bahasa aslinya dapat pula dipakai sebagai sumber pelajaran bahasa. Kita bisa belajar bahasa-bahasa asing: Arab, Inggris, Prancis, Jepang, Jerman melalui film-film asing yang baik.
Sebuah bahasa mandarin ditolak untuk dipakai dalam sebuah film yang diputar di TV harus kita terima sebagai keputusan politik. Penguasaan bahasa asing bukan saja dipakai untuk sarana meningkatkan pelayanan dibidang pariwisata yang sedang kita galakkan. Soal tuduhan bahasa asing dapat merusak penggunaan bahasa Indonesia, barang kali tidak sepenuhnya benar. Mereka yang benar-benar menguasai bahasa asing biasanya justru dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Dan alasan bahwa sulih bahasa bertujuan memasyarakatkan bahasa Indonesia mungkin tidak terlalu tepat. Banyak forum-forum lain untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan sulih bahasa dengan kualitas tak terjamin, justru akan mengobrak-abrik tatanan bahasa kita.


2.2.5 Karangan Persuasi
Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti membujuk, atau meyakinkan. Bentuk nominanya adalah persuation, yang kemudian menjadi kata pungaut bahasa Indonesia: persuasi.
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang diko-munikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikaan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara menyakinkan. Di samping itu, dalam menulis karangan persuasi harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaan orang lain. Oleh karena itu, penulis harus pandai memilih kata-kata yang tepat agar menggugah atau membangkitkan perasaan secara langsung.
Dalam uraian ini disajikan macam-macam persuasi ditinjau dari segi medan pemakaiannya. Dari segi ini, karangan persuasi digolongkan menjadi empat macam, yaitu persuasi politik, persuasi pendidikan, persuasi advertensi, dan persuasi propaganda.
1. Persuasi Politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan lebih sering menggunakan persuasi jenis ini untuk keperluan-keperluan politik dan negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi bila kutipan berikut kita kaji dengan teliti.

YANG KEMELUT BUKAN HANYA PDI,
TETAPI JUGA PERTUMBUHAN POLITIK INDONESIA
Tidak habis-habisnya orang membicarakan kericuhan dalam kongres PDI di Medan. Silih berganti, juru bicara fraksi-fraksi yang bertikai melontarkan pandangan dan pendapatnya. Tidak urung, pemerintah juga ikut dibuat sibuk, terpaksa memberikan jalah keluar. Misalnya, dilanjutkan agar membentuk caretaker, karena kongres dinilai gagal. Juga dilanjutkan agar diselengarakan kongres luar biasa.
Sementara itu, diskusi politik berkembang menjadi luas, kongres PDI, kericuhan, kegagalan dan segala macam tali temalinya, sekedar suatu kopstok, sekedar suatu pangkal tolak untuk membicarakan persialan yang lebih luas, yakni persoalan pembangunan politik.
Salah satu yang dicemaskan oleh berbagai pihak, adanya suatu indikator, bahwa krisis PDI menggoyahkan berbagai hal lain yang tidak kalah pokok dari prinsipnya. Misalnya, lantas timbul kesan, proses pengadilan yang menyangkut kesaksian dan lain-lain, bisa diubah-ubah sesuai dengan keperluan. Kemarin begini, sekarang begitu.
Rekayasa politik memberi kesan tetapi lebih menentukan dari proses permainan menurut aturan dan karena itu bersifat lebih demokratis. Tujuan dan sasaranlah yang tepat lebih penting dan jika diperlukan, yang lain-lain harus kalah.
Sebagai pengamat politik, segala faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut tidak terlepas dari perhatian kita. Juga kita pahami bahwa memang demikianlah benang merah sari politik, yang pertama-tama bukanlah permainan serta atauran mainnya, apalagi etikanya, akan tetapi tujuannya. Sepanjang aman dan dimanapun, dalam politik tetap berlaku unsur-unsur dari ajaran Machiavelli.
Sekalipun demikian, kita toh mempertanyakan, apa arti perkembangan tersebut jika ditempatkan atau ditinjau dari sudut pandang pembangunan politik. Paling sedikit dapatlah dikatakan, bahwa pembangunan perkembangan itu, masih saja, setiap kali dirasakan perlu, bisa dicairkan.
Padahal apa arti perkembangan politik pada tingkat infrastruktur? Bahwa, proses politik berkembang dari bawah. Melalui pelembagaan, proses politik menanamkan dan membangun akar-akarnya dalam masyarakat. Berlangsunglah sosialisasi politik. Tertanamlah akar-akar komunikasi serta kestabilan dengan dan dalam masyarakat. Kestabilan dan komunikasi demikian itu, salah satu tujuan pokok pembangunan lembaga politik pada tingkat infrastruktur.
Di antaranya, melalui cara demikian itulah, secara bertahap, demokrasi dibangaun serta demokrasi berjalah semakin mantap. Dalam negara sedang berkembang, proses pertumbuhan politik tidak senantiasa mengikuti garis linier. Senantiasa ada fase-fase yang dianggap kritis dan yang karenanya harus memperoleh perhatian khusus. Berbagai pihak bertanya-tanya, bukan persepsi demikian itu pula yang mempengaruhi tanggapan kepada kongres PDI.
Fase kritis itu misalnya fase peralihan yang menurut kalender politik Indonesia berlangsung dalam tahun 1998. Diperlukan persiapan untuk menghadapi fase peralihan yang bias mengandung berbagai kerawanan. Persiapan itu bias beraneka ragam.
Di antaranya, mempersiapkan agar pimpinan organisasi sosial politik dan organisasi kekuatan-kekuatan strategi lainnya berada ditangan orang-orang yang akan secara lebih kondusif dan lebih lancar, menjamin berlangsungnya masa pemilihan itu secara aman dan terpercaya.
Ada isyarat-isyarat kuat, bahwa pertimbangan serta persiapan strategi semacam itulah yang sedang berlangsung, yang kiranya tidak hanya berlaku untuk PDI tetapi juga untuk kekuatan dan organisasi sosial politik lainnya. Sekiranya demikian halnya, apa yang terjadi pada PDI sebaiknya ditangkap sebagai sinyal oleh kekuatan dan orsospol lainnya.
Bagaimanakah pandangan yang dapat diberikan menghadapi pendekatan itu, seandainya asumsi pandapat diatas benar. Yang ideal tentu saja, persiapan-persiapan itu diusahakan sedemikian rupa. Sehingga tidak usah mengganggu proses pembangunan serta pertumbuhan organisasi sosial politik. Inilah rupanya, pekerjaan rumah yang menghadang bagi pmpinan orsospol serta Pembina politik di negeri kita.
Beberapa hal minta sangat dipertimbangkan. Seberapa jauh, proses keterbukaan yang tampak marak akhir-akhir ini, masih memberikan tempat bagi rekayasa-rekayasa politik dari luar. Atau mungkin lebih tepat, pertanyaan itu dirumuskan: sampai batas-batas atau sampai gradasi atau intensitas sejauh mana, rekayasa yang sesuai dengan iklim keterbukaan, dapat dilakukan.
Persuasi atau conditioning rupanya harus dapat memberikan peran yang lebih penting. Untuk itu diperlukan waktu yang lebih leluasa disamping elegensi-elegensi politik lainya. Sangat diharapkan untuk dihindari, pendekatan yang menyebabkan proses politik dan rekayasanya menggoyahkan prinsip-prinsip lain, khususnya prinsip hukum, aturan main, integritas, dan karakter organisasi maupun figur-figur politik. Jika hal semacam itu terjadi, kita merasa, kuranglah hormat kita terhadap kepekaan dan kebijakan pembangaunan bangasa dan negara yang tidak kalah penting, yakni tegaknya asas dan integritas hukum.
Dipandang dari realita sekarang, kita tidak mengatakan bahwa pekerjaan rumah itu mudah. Pekerjaan rumah itu rumit dan berlangsung dalam berbagai tarik-menarik. Akan tetapi itulah pekerjaan rumah yang harus kita lakukan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian pekerjaan rumah secara baik itulah, kita membangaun demokrasi Pancasila.
Tentang kemelut kongres PDI, masih ada hal yang harus menjadi pertimbangan yakni bahwa penanganannya oleh semua pihak akan ikut berpengaruh terhadap pembangunan spektrum politik nasional. Penanganan yang sangat melemahkan spektrum teresebut. Penanganan yang baik akan memperkukuhnya.
Kompas, 4 Agustus 1993
2. Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak didiknya supaya mereka giat belajar, senang membaca, dan lain-lain. Seorang motivator dan inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi ini dengan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bias dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan.
Kutipan artikel berikut kiranya dapat dijadikan bahan menelaah isi uraian persuasi pendidikan ini.
LATIHAN FISIK UNTUK ANAK
Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi adalah dengan latihan yang sistematis dan kalau mungkin dimulai sedini mungkin. Pengertian sedini mungkin ini sering disalahartikan oleh para pembina dengan cara memberikan latihan fisik yang sangat berat dan sangat spesifik kepada anak. Anak tidak boleh diberikan latihan yang sudah menjurus kearah spesialisasi, karena untuk latihan spesialisasi ini diperlukan tubuh dan orang yang sudah matang. Sedangkan anak adalah makhluk yang belum sempurna, baik sistem pembuluh darah, otot, maupun hormonalnya. Tetapi meskipun anak tidak boleh digenjot fisiknya, mereka tetap boleh diberikan latihan fisik yang sesuai dengan pertumbuhannya.
Seperti pada dewasa, maka latihan aerobik perlu diberikan agar jantung dan paru-paru menjadi kuat. Latihan ini deberikan kira-kira 30 - 40 menit dan harus diawasi betul cuaca pada waktu berlatih. Sebaiknya berlatihnya pada cuaca sejuk dan tidak terlalu lembab. Tentang jarak yang ditempuh, disarankan agar anak 5 – 10 tahun tidak lebih dari 5 km berlari. Umur 10 -12 tahun paling jauh berlari 10 km. anak diatas 12 tahun atau yang sudah mencapai pubertas boleh lari lebih jauh tetapi tidak boleh ikut lari meraton sampai usia mencapai 18 tahun.
Latihan beban perlu diberikan, tatapi harus diperhatikan betuk-betul masalah beban dan caranya. Latihan beban dan kekuatan otot boleh diberikan bila umur sudah mencapai 8 tahun. Di bawah 8 tahun, biasanya latihan harus diberikan dalam bentuk yang “terselubung” dengan permainan. Artinya anak tersebut merasa bermain, padahal ia sebetulnya sedang latihan beban. Lagi pula anak-anak usia tersebut masih belum dapat dipaksa untuk berkonsentrasi dan masih sangat emosional, sering ngambek, dan tidak acuh. Latihan dasar berupa latihan senam seperti push-up, sit-up, dan chin-up. Bila anak masih belum dapat melakukan dengan sempurna, boleh diberikan dalam bentuk lain, asal tujuannya sama.
Khusus untuk latihan beban, tidak boleh diberikan sebelum umur 12 tahun, karena di bawah umur tersebut, anak belum dapat mengira-ngira dengan tepat beratnya beban yang diangkat.
Untuk mencapai berapa kali (repetisi) latihan harus diberikan, maka pertama-tama anak disuruh melakukan tes tersebut, lalu 50 persen dari maksimal adalah merupakan ulangan yang harus dikerjakan sehari-hari.
Jadi, misalnya ia kuat push-up 10 kali, maka latihan seterusnya adalah 5 kali. Bila sit-up nya maksimal 20 kali, maka ia harus melakukan 10 kali secara rutin. Ketiga bentuk latihan ini harus dilakukan berturut-turut dengan istirahat di antara latihan tersebut selama 30 detik. Jadi, misalnya dimulai dengan sit-up, istirahat 30 detik, push-up, istirahat 30 detik lalu chin-up. Bila latihan ini terasa ringan, boleh ditambahkan satu set lagi latihan tersebut. Lalu bila kemudian tiga set terasa sudah ringan, ia harus dites lagi mengerjakan maksimal. Misalnya sekarang ia dapat mengarjakan sit-up sebanyak 30 kali, maka dosis latihannya sekarang adalah 15 kali, dan ia melakukan latihan satu sirkuit seperti dulu.
Cara melakukan push-up yang benar adalah jari-jari menghadap kedepan, punggung, pinggang, dan tungkai lurus. Bila anak tidak kuat melakukannya, lakukanlah push-up yang dimodifikasi yaitu bertumpu pada lutut, bukan pada ujung kaki. Sit-up harus dilakukan dengan kaki bengkok dan tangan di dada kepala diangkat sampai siku menyentuh paha.
Yang agak susah adalah chin-up atau mengangkat badan, karena ternyata hanya sedikit anak yang dapat melakukan dengan benar yaitu mengangkat badan dengan lurus, sampai dagu sedikit di atas besi.
Bila tidak kuat maka diberikan chin-up yang dimodifukasi, yaitu mengangkat badan dengan batang besi yang rendah saja, dan pada waktu menurunkan badan, kaki dapat menyentuh lantai. Modifikasi lain adalah dengan bergantung dengan terlentang pada batang horizontal yang rendah, lalu badan dengan lurus diangkat. Bila tetap tidak kuat, dapat melakukan flexed-arm hang, bergantung dengan siku ditekuk, dagu setinggi batang horizontal. Biasanya setelah melakukan posisi bergantung beberapa minggu, anak akan sudah sanggup melakukan satu chin-up.
Latihan-latihan dilakukan 3-4 kali seminggu dengan teratur dan hasilnya akan tampak 2-3 bulan kemudian. Anak akan bertambah kuat ototnya, sehingga dengan jelas ia akan dapat misalnya melempar lebih jauh, mengangkat barang yang lebih berat, atau meloncat lebih tinggi.
Sebagai tambahan dapat diberikan latihan-latihan seperti setengh jongkok, latihan jinjit, latihan mengangkat tungkai lurus ke atas dengan posisi tidur pada sisi dan latihan menaikan pinggul pada posisi duduk kaki lurus bertekan pada lengan.
Dengan melakukan latihan-latihan tambahan tersebut, maka kemampuan fisik anak akan lebih meningkat lagi. Latihan-latihan ini bila dapat dilakukan secara rutin, maka akan merupakan dasar fisik yang kuat untuk nantinya menuju prestasi yang tinggi.
Hario Tilarso, kompas, 26 April 1993

3. Persuasi Advertensi/Iklan
Persuasi iklan dimanfaatkan dalam bidang usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itulah advertensi diberikan predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaiknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.
Contoh persuasi iklan:
PALMER DAN ROLEX, HAKIKAT DARI SUKSES
Arnold Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani mengambil resiko. Namun dengan perhitungan yang matang.
Palmer melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia, yang membuatnya seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat jet pribadinya.
Satu dari kegiatan-kegiatan yang penting adalah merancang desain dan lanskap padang-padang golf. The Chung Shan yang menjadi padang golf baru pertama di Cina sejak 1930-an adalah satu contoh yang luar biasa.
Di samping itu, nama Arnold Palmer ada pada pakaian golf, golf clubs, jasa carter angkatan udara, pembangunan real estate dan banyak lagi. Di balik keramahan senyum yang lebih menjadikannya tokoh televisi, Palmer merupakan seorang pengusaha sukses yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail.
Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan di padang golf, yang mampu mempesona penonton maupun pemain handal yang dihadapinya. Menjaga ketepatan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting. Ia mempercayakan pada jam tangan emas Rolex Oyster Day-Date. “Bagi saya . . . golf sudah merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya, juga saya alami dengan Rolex. Rolex menjalankan tugasnya dengan sempurna!”
Suatu pujian berharga, dari orang yang sangat menghargai ketepatan waktu.
4. Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi propaganda tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Karena pada akhirnya, dengan informasi itu diharapkan agar pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propagand ini sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajakan. Tujuan akhir dari kampanye adalah tindakan pembaca dan pendenganr untuk menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Misalnya: pembuatan informasi seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu. Perhatikan kutipan di bawah ini.
JANGAN MENGULANGI KESALAHAN JERMAN
MENGENAI SAMPAH
Bayangkan, setiap hari menurut catatan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta menghasilkan sampah sebanyak 22.000 meter kubik atau sama dengan 22.000 bak berukuran satu meter (panjang) kali satu meter (lebar) kali satu meter (tinggi) berisi sampah. Dari sekian banyak sampah, sekitar 67.86 persen berasl dari rumah tangga, 9,15 persen dari pasar-pasar, 4,5 persen dari pertokoan, 3,2 persen dari kantor-kantor, 2, 29 persen dari jalanan, 8 persen dari pabrik-pabrik, sisanya dari berbagai tempat.
Susahnya, sarana pengangkutan dan tenpat penampungan sampah di Jakarta sangat terbatas. Setiap hari, 22.000 meter kubik sampah hanya bias terangkut 17.000 meter kubik saja. Sekitar 4.000 meter kubik lebih tercecer di tempat penampungan sementara, dan sebagian lagi dimanfaatkan pemulung. Jadi, jangan heran kalau beberapa hari gerobak sampah tidak datang kerumah-rumah. Mungkin, itulah sebagian sampah yang tidak terangkut.
Tidak bias dihindari, setiap orang pasti menghasilkan sampah. Sejak bangun pagi sampai menjelang tidur malam, bisa disebutkan jenis-jenis sampah atau kotoran yang harus dibuang dari dalam tubuh maupun sisa kegiatan sehari-hari. Sampah-sampah itu misalnya, sisa makanan, kertas, tisu, kertas Koran, kertas pembungkus dan berbagai macam kertas lain, berbagai macam plastik pembungkus atau kemasan.
Ada kecenderungan semakin memasuki kehidupan modern, jenis sampah yang dibuang juga cenderung lebih rendah kadar airnya dan cenderung lebih banyak sampah anorganiknya atau sampah yang tidak bisa membusuk. Kota-kota di Amerika Serikat yang sudah lebih maju dibandingkan kota di Indonesia, misalnya, 50 persen sampah adalah kertas. Sekitar 12 persen adalah sampah sisa makanan, 10 persen kayu dan daun-daun tanaman, 10 persen sampah-sampah kulit, plastik, dan karet, sekitar Sembilan persen logam dan sekitar Sembilan persen lainnya beling.
Bandingkan dengan komposisi sampah Jakarta, Menurut data BPS, sampah kertas Jakarta tahun 1989-1990 sebesar 8,28 persen, sampah kayu hanya 3,77 persen, sampah kain, karet, kulit, tiruan, plastik 9,16 persen, logam hnya 2,08 persen, gelas atau kaca hanya 1,77 persen. Jumlah tertinggi masih berupa bahan organik, termasuk di dalamnya sisa makanan yang bisa membusuk yaitu 73,99 persen.
Lalu apa yang bisa dikerjakan warga Jakarta untuk mengurangi volume sampah?

Memilah Sampah
Sampah yang setiap hari dibuang sebenarnya bisa disederhanakan menjadi dua macam sampah, yaitu sampah organik yang mudah membusuk dan sampah anorganik atau yang sulit membusuk. Sampah organik misalnya sisa-sisa makanan atau sampah dapur yang biasanya basah, dan daun-daun dari kebun. Sampah yang sulit membusuk atau tidak bisa membusuk, antara lain plastik, kaca atau gelas, logam, karet atau kulit imitasi, kayu besar dan kain.
Kalau sekarang di setiap rumah hanya ada satu tempat sampah, berarti sekarang harus disediakan dua jenis tempat sampah yang berdekatan letaknya. Satu tempat sampah khusus untuk sampah yang organik yang biasanya basah, satu tempat lainnya khusus sampah yang tidak bisa membusuk.
Jika dua jenis sampah itu sudah terkumpul apa yang harus dilakukan? Sampah organik yang bisa membusuk sebaiknya jangan dibuang di gerobak sampah atau tempat pembuangan sementara. Jika ada halaman yang cukup luas, kira-kira 3m x 3m, sampah organik bisa dikubur di halaman.
Semua sampah yang tidak bisa membusuk bisa di kumpul bersama-sama di tingkat Rukun Tetangga. Jangan takut sampah-sampah itu kemudian akan menggunung. Sampah-sampah plastik, kertas, logam, kaca, selau dicari-cari oleh pemulung. Pengurus RT bisa mengorganisasi pembagian sampah yang berguna kepada pemulung yang jumlahnya puluhan ribu di Jakarta.semua sampah itu masih berguna bagi pemulung dan masih bisa mendapatkan uang bagi mereka. Volume sampah sudah dikurangi lagi sekitar 20 persen. Sisa sampah yang harus masih diangkut hanya tinggal 10 persen saja.
Sekarang sedang digalakan proses daur ulang sampah-sampah anorganik untuk mengurangi volume sampah. Pemulung diikutkan dalm proses daur ulang plastik. Seniman ikut-ikutan membuat monumen, yang konon untuk menggambarkan masalah sampah yang dipecahkan dengan daur ulang, pejabat pemerintah juga mengkampanyekan daur ulang sampah plastik. Tetapi, diam-diam ribuan ton sampah plastik dari luar negeri masuk ke Indonesia dari negara-negara yang mendewakan daur ulang.
Terbukti, sebenarnya daur ulang juga tidak mampu mengurangi sampah yang menumpuk di pembuangan akhir. Kita bisa belajar dari Jerman, negara yang sangat yakin daur ulang bisa menyelesaikan masalah sampah tetapi program daur ulang terancam gagal.
Belajar dari Jerman
Jerman sudah terkenal sebagai Negara yang memelopori proses daur ulang sampah. Ketika Jerman meluncurkan sistem reklamasi sampah paling modern, sistem Green Dot (Der Grune Punkt), tahun lalu. Menteri Lingkungan Klaus Toepfer dengan bangga mengemukakan, “Masalah daur ulang, Jermanlah juaranya,” seperti dikutip majalah Time edisi 28 Juli 1993. Semua produk bertanda Titik Hijau berdasarkan peraturan di Jerman harus di daur ulang.
Semua itu dimulai sebagai suatu ide yang baik. Tahun 1991, sekitar 600 perusahaan swasta, mulai dari produsen kimia raksasa sampai perusahaan pengecer, mendirikan sebuah perusahaan patungan nirlaba, Duales System Deutschland (DSD), untuk membantu mereka memenuhi peraturan yang mengharuskan mereka mendaur ulang semua kemasan produk mereka. Perusahaan yang statusnya perusahaan swasta itu bekerja sejalan dengan sistem pengumpulan sampah yang sudah ada.
Truk-truk berwarna oranye adalah kendaraan pengangkut sampah milik kota yang rutin mengangkut sampah sehari-hari. Sedangkan truk milik DSD berwarna ungu mengangkut sampah-sampah terutama sampah plastik dan logam yang dikumpul dalam kantung-kantung kuning. DSD sudah dibayar sebanyak Rp 500,00 perkantung, untuk mendaur ulang sampah itu. Sasaran utama memang sampah kemasan, tetapi pada praktiknya peraturan itu mengharuskan semua produk industri, termasuk komputer, lemari es, pakaian sampai kendaraan bermotor, didaur ulang juga.
Antusiasme masyarakat sedemikian tinggi, lebih dari 95 persen rumah tangga ikut dalam program DSD. Mereka menghasil kan 400.000 ton sampah yang sudah dipilih dalam setahun.padahal DSD hanya sanggup mendaur ulang 125.000 ton per tahun, selain itu kapasitas daur ulangnya naik sedikit sekali. DSD perlu dana tambahan 300 juta dollar AS tahun ini untuk mendaur ulang sampah-sampah itu.
Setelah dua tahun DSD dilaksanakan, lebih dari 100.000 ton sampah bekas kemasan dengan tanda Green Dot menggunung digudang-gudang, di dekat lahan pertanian dan hangar pesawat, di kota-kota Hamburg sampai Augsburg. Sebagian besar terpaksa dikapalkan ke negara-negara yang bersedia menerimanya, termasuk Indonesia. Ini menjadikan Jerman sebagai negara pengekspor sampah terbesar di dunia. “Sistem ini menjadikan pembuangan sampah kelas dunia. Itu adalah sistem ekspor sampah bukan sistem daur ulang sampah,” kata Norbert Barth, juru bicara Partai Hijau Jerman.
Volrad Wolny, dari Eco Insitute, sebuah organisasi lingkungan, dan rekan-rekan pencinta lingkungan hidup lainnya, mendesak pemerintah Jerman untuk mengeluarkan peraturan yang mengharuskan produsen mengurangi penggunaan kemasan dari plastik sebanyak 50 persen. Dan pemerintah juga didesak untuk menghentikan sistem Green Dot yang menyesatkan itu. Jerman sudan membuktikan sistem daur ulang tidak menyelesaikan masalah sampah plastik. Apakah Indonesia akan mengikuti kesalahan Jerman dengan mengedepankan sistem daur ulang Indonesia?
Prilaku Menyampah
Di kota-kota besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup. Kebiasaan makan, misalnya, di kota-kota besar di restoran fast food cenderung menggunakan kemasan tersebut dari plastik atau stirofoam yang sekali pakai langsung dibuang.kemasan kue kalau dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang cenderung menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia menggunakan daun pisang atau daun jati.
Sebenarnya volume sampah bisa dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampan dengan sebaik-baiknya atau dengan daur ulang, tetapi bagaimana menghindari seminim mungkin prilaku menyampah.
Semaksimal mungkin semua orang harus mangurangi penggunaan kemasan-kemasan yang kemudian menjadi sampah yang tidak bisa hancur. Misalnya, hindari membeli makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik atau stirofoam atau kalaupun terpaksa membeli, ambil saja makanannya, kemasannya kembalikan lagi kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan plastik tidak akan mengurangi kenyamanan hidup ini.
Harry Surjadi, kompas, 29 juli 1993

2.3 Berdasarkan Masalah yang Disajikan
2.3.1 Karangan Populer
Karangan populer adalah tulisan yang berisi infomasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi sepenuhnya mengikuti metode ilmiah sintesis-analitis dan sering dibumbui dengan opini penulis yang kadang-kadang subjektif
2.3.2 Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikaikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis.
Contoh :
Pemicu Kenaikan Harga
Sejak saya SMP, selalu mendengar penjelasan bahwa kenaikan harga terkait dengan biaya produksi dan hukum permintaan. Setiap ada informasi kenaikan gaji pegawai negeri, selalui didahului kenaikan harga. Begitu juga jika ada informasi kenaikan harga minyak, listrik atau perubahan kebijakan ekspor impor, otomatis harga naik. Kejadian serupa juga dirasakan setiap kali perayaan hari besar agama seperti Idul Fitri lebaran dan Puasa, harga serta merta naik. Bahkan Ramadhan tahun ini harga sudah naik sebelum puasa dimulai. Padahal belum tentu ada peningkatan permintaan, toh ketika masyarakat ke pasar harga sudah naik duluan.
Para pakar ekonomi di media massa menuding kenaikan harga disebabkan meningkatnya biaya produksi karena harga komponen produksi naik. Padahal logika sederhananya adalah produksi tidak bersamaan dengan pasar, pasti diproduksi dulu baru dijual. Cabe yang dijual di pasar hari ini bukan diproduksi pada hari ini juga. Begitu juga, pada perayaan hari besar agama, menurut pakar ekonomi kenaikan harga disebabkan meningkatnya permintaan padahal belum begitu jelas permintaan meningkat atau belum.
Menurut saya para ekonomi terlalu sepele melihat persoalan harga di Indonesia, sehingga fenomena harga tersebut cukup ditanggapi dengan memasang teori harga yang diperolehnya dari bangku kuliah. Aspek sosial, dan cultural dari pasar di Indonesia tidak berminat didalam secara sungguh-sungguh. Akibatnya, persoalan harga di Indonesia tidak pernah tuntas, bahkan yang untung justru cukong besar.
Para ekonomi ada baiknya memasukkan analisis antropologi, karena secara antropologi prinsip harga di pasar Indonesia tidak ditentukan oleh biaya produksi dan hukum permintaan. Harga di pasar Indonesia ditentukan oleh dua hal penting. Pertama, persaingan penjual dan pembeli. Mengutip Clifford Geertz (1992) seorang antropologi bahwa penentuan harga tidak berdasarkan biaya produksi. Harga ditentukan dengan sistem luncuran. Di mana pedagang member harga dengan margin keuntungan yang besar lalu terjadi tawar-menawar yang meriah sampai kepada suatu mergin keuntungan yang pantas.
Pada sistem ini, persaingan bukan dengan pedagang lain tetapi antara pedagang dengan pembeli. Pedagang dan pembeli mengandalkan keterampilan tawar-menawar sampai mendapat harga yang pantas. Oleh sebab itu, pusat perhatian pedagang sepenuhnya pada transaksi (pertukaran) dengan pembeli agar mendapat keuntungan yang besar. Dalam kehidupan sehari-hari tawar-mwnawar telah merupaakan hal yang umum. Mengapa para ekonomi tidak melihat hal ini sebagai hal yang amat penting dalam penentuan harga di pasar Indonesia.
Kedua, pranata pasar yang terbentuk dalam satu struktur besar. Kembali menurut Geertz, di pasar terdapat hierarki pedagang yaitu pedagang kecil yang berhutang ke pedagang besar, dan pedagang yang besar berhutang pada pedagang yang lebih besar sebagai suatu mekanisme modal. Hal ini melibatkan posisi hierarki dari pedagang tersebut. Pola ini adalah bagaimana pedagang besar mempelopori pembagian risiko dengan member ruang kepada pedagang kecil berjualan dengan modal darinya. Pedagang eceran meminjam uang kontan kepada pedagang yang lebih besar untuk melakukan jual-beli yang lain.
Uang kontan ini berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan kredit. Atau uang kontan menjadi alat untuk membayar kredit agar kredit tetap mengalir. Pembagian risiko ini bisa memastikan bahwa pedagang besar tidak akan mengalami kerugian walau dengan untung yang tidak sebegitu besar. Itulah sebabnya, barang yang tahan lama cenderung lama berputar-putar di pasar sebelum sampai kepada konsumen sebenarnya. Bahkan sehelai kain untuk sampai ke konsumen bisa berpindah sampai 10 kali, dengan kondisi ini tentu harga menjadi semakin mahal. Maka yang menentukan harga semua barang bukannya hukum permintaan atau produksi tetapi pedagang besar, jika pedagang besar menaikan harga, maka secara otomatis harga akan naik.
Pertanyaan selanjutnya, apakah operasi pasar bisa menurunkan harga? Jelas sekali tidak karena harga bukan ditentukan di pasar. Penentuan harga adalah pedagang besar, lalu harga tersebut dinegosiasikan pula antara penjual dan pembeli. Kekuasaan yang besar di miliki pedagang besar membuat dia bisa berbuat apa saja, termasuk menciptakan kelangkaan dengan tujuan menaikan harga. Karena itu, stabilitas harga di Indonesia tidak bisa ditentikan dengan teori produksi, suply and demand apalagi melakukan operasi pasar. Operasi pasar merupakan pekerjaan bodoh yang menguntungkan birokrat saja. Pemerintah perlu sekali melakukan penataan pasar yang berbasis pada budaya pasar di Indonesia.
Penataan yang perlu di lakukan adalah memperbanyak pedagang besar dengan membuka akses produksi ke pedagang kecil, memutuskan tali rantai yang panjang antara produsen dengan konsumen, dengan demikian barang tidak perlu mutar terlalu lama untuk sampai ke konsumen dan tentu akan berpangaruh terhadap harga.
M Rawa El Amady, peminat masalah sosial

2.2.3 Karangan Ilmiah Populer

2.2.4 Surat
Karangan Jenis Surat Rasmi
Surat rasmi ditulis untuk tujuan-tujuan seperti yang berikut antaranya :
a. memohon pekerjaan
b. membuat aduan / bantahan / cadangan
c. membuat rayuan
d. membuat jemputan rasmi
e. menempah barangan
f. meminta kebenaran
g. atau apa-apa yang melibatkan urusan rasmi

1. Surat rasmi adalah salah satu karangan yang memerlukan kita sensitif dengan penggunaan tanda baca seperti penggunaan huruf besar dan huruf kecil. ( Anda boleh dapatkan bantuan daripada guru. )
2. Karangan ini juga merupakan karangan yang penuh dengan format tersendiri yang mesti kamu ikuti. Ini memudahkan anda melakukan kesalahan serta mudahlah markah anda melayang. Ia juga memudahkan anda mendapat markah jika anda mahir dengan formatnya.
3. Perhatikan format di bawah.
Alamat Penulis
______________
______________
______________
________________________________________( garisan panjang )__________________________
Jawatan / penerima
Alamat (pejabat, sekolah, dsb) Tarikh : (selari dengan nama negeri)
Tuan / Puan,
Tajuk /Perkara / Hal (Permulaan Perkataan Huruf Besar Dan Gariskan)
Menyatakan tujuan ( perenggan tiada nombor dan rapat di sebelah kiri)
2. ( Menyatakan isi -isi atau hal-hal lain yang berkaitan dengan tajuk. cuba sampaikan sekurang-kurangnya tiga isi penting yang berkaitan antara satu sama lain)
3. ( Menyatakan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan hal yang kita kemukakan , misalnya alasan yang boleh memungkinkan permohonan kita dipertimbangkan.)
(Penutup)
Yang benar, ( perhatikan penggunaan huruf yang digunakan)
__________
Nama Penuh ( HURUF BESAR)
Jawatan ( Huruf Kecil )
Tuliskan sepucuk surat kepada Setiausaha Sukan sekolah kamu untuk memberitahunya bahawa Pasukan Bola Jaring sekolah kamu memerlukan sebiji bola baru bagi menggantikan bola yang telah rosak.
Rangka
1. alamat pengirim ( permulaan perkataan dalam huruf besar ) ( jangan lupa tanda koma di hujungnya ) kemudian selang satu baris
2. buat satu baris panjang melintang kemudian selang satu baris
3. nama ( jawatan ) serta alamat penerima ( permulaan perkataan dalam huruf besar )( alamat yang terakhir digariskan )
4. tarikh ( selari dengan alamat terakhir penerima ) ( bulan ditulis dalam huruf besar )
5. kata ganti diri penerima ( Tuan, )
6. perkara / tajuk ( permulaan perkataan dalam huruf besar dan digariskan )
7. perenggan pertama tujuan menulis surat ini ( tiada jarak perenggan, lihat contoh )
8. perenggan ke-2 - bola lama tidak dapat digunakan lagi
- memerlukan bola baru
( bagi perenggan kedua dan seterusnya mempunyai nombor serta tanda noktah. Jarakkan sedikit
sebelum menulis )
9. perenggan ke-3 berharap agar permohonan diluluskan
supaya latihan tidak terganggu
10. perenggan ke-4 mempunyai masa yang singkat sebelum hari perlawanan
11. penutup terima kasih
12. tandatangan pengirim ( boleh ditulis nama secara bersambung atau tidak )
13. nama penuh ( huruf besar ) dalam kurungan
14. jawatan jika ada ( permulaan perkataan dalam huruf besar )
15. berhati-hati dalam penggunaan tanda baca seperti huruf besar , tanda noktah dan koma.
Tip : Amalkan menulis salam sebelum memulakan karangan jenis ucapan, syarahan, surat tidak rasmi atau jenis karangan yang sesuai., Ini adalah kerana, diyakini kebanyakan yang memeriksa kertas penulisan adalah orang terdiri dari kalangan orang Islam.
Pasukan Bola Jaring,
Sek. Keb. Seri Kenangan Darau,
22000 Jerteh,
Terengganu.
Encik Musa Bin Hassan,
Setiausaha Sukan,
Sek. Keb. Seri Kenangan Darau,
22000 Jerteh,
Terengganu. 24 APRIL 1998.
Tuan,
Memohon Sebiji Bola Baru Bagi Menggantikan Bola Lama
Saya sebagai Ketua Pasukan, Pasukan Bola Jaring Sek. Keb. Seri Kenangan Darau ingin memohon sebiji bola yang baru bagi menggantikan yang lama.
2. Bola yang sedia ada itu telah rosak dan tidak dapat digunakan lagi. Kami memohon bola baru itu melicinkan lagi latihan yang sedang kami jalankan sebagai persediaan untuk menghadapi perlawanan yang akan datang.
3. Kami berharap permohonan kami ini akan segera diluluskan. Dengan ini latihan yang kami adakan setiap hari itu tidak tergendala.
4. Untuk pengetahuan tuan, kami hanya mempunyai masa dua minggu lagi untuk berlatih sebelum turun ke padang untuk menghadapi perlawanan.
Sekian, terima kasih
Yang benar,
Widyawati
…………………
( WIDYAWATI BINTI HUSAIN )
Ketua Pasukan,
Pasukan Bola Jaring,
Sek. Keb. Seri Kenangan Darau.
- mesti ditulis mengikut format ( jika tersalah format, - tolak 3 markah )
a] alamat ( salah letak / jika tiada - tolak 1 markah )
b] tarikh ( salah letak / jika tiada - tolak 1 markah )
c] panggilan hormat ( salah letak / jika tiada - tolak 1 markah )
d] tajuk / perkara ( salah letak / jika tiada - tolak 1 markah )
e] tanda tangan dan nama ( salah letak / jika tiada - tolak 1 markah )
- isi mengikut perenggan biasa
Tajuk : Persatuan Bahasa Melayu sekolah anda akan mengadakan lawatan sambil belajar ke Unit Akhbar Dalam Darjah, Berita Harian. Tuliskan sepucuk surat permohonan kepada akhbar tersebut.
Persatuan Bahasa Melayu,
Sekolah Kebangsaan Darau,
22000 Jerteh,
Terengganu.
_______________________________________________________________________________________
Ketua Pengarang,
Unit Akhbar Dalam Darjah ( ADD ) ,
Berita Harian Sendirian Berhad,
31, Jalan Riong,
59100 Kuala Lumpur. 10 JANUARI 1997.
Tuan,
Permohonan Mengadakan Lawatan Sambil Belajar
Saya bagi pihak Persatuan Bahasa Melayu sekolah ini ingin memaklumkan bahawa persatuan kami bercadang untuk mengadakan lawatan sambil belajar ke Unit Akhbar Dalam Darjah ( ADD ) pada 27 Januari 1997, jam 9.30 pagi.
2. Rombongan kami terdiri daripada 30 pelajar dan tiga guru pengiring. Tujuan kami mengadakan lawatan ini adalah untuk mengetahui matlamat unit ADD ditubuhkan dan bagaimana mengendalikannya.
3. Oleh itu, saya berharap permohonan ini akan diluluskan oleh pihak tuan.
4. Segala kerjasama tuan, saya ucapkan terima kasih.
Sekian.
Yang benar,
Nazimah
…………………..
( NAZIMAH NAZIM )
Setiausaha Persatuan Bahasa Melayu,
Sekolah Kebangsaan Darau,
22000 Jerteh,
Terengganu.

2.3.5 Karangan Sastra
Karangan sastra adalah karya tulis yang, jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartisikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Ada tiga aspek yang harus ada dalam sastra, yaitu keindahan, kejujuran, dan kebenaran. Kalau ada sastra yang mengorbankan salah satu aspek ini, misalnya karena alasan komersial, maka sastra itu kurang baik. Sastra terdiri atas tiga jenis, yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi ialah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu penelaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Puisi mencakupi satuan yang lebih kecil, seperti sajak, pantun, dan balada. Prosa ialah jenis sastra yang dibedakan dari puisi karean tidak terlalu terikat oleh irama, rima, atau kemerduan bunyi. Bahasa prosa dekat dengan bahasa sehari-hari. Yang termasuk prosa, antara lain cerita pendek, novel, dan esai. Drama ialah jenis sastra dalam bentuk puisi atau prosa yang bertujuan menggambarkan kehidupan lewat lakuan dan dialog (cakapan) para tokoh.
3. Langkah-langkah Mengarang :
3.1. Mementukan Topic, Tema, dan Tujuan Karangan
Topik Karangan
Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani “topoi”. Dalam suatu karangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Topik karangan adalah hal yang menjadi bahan pembicaraan dalam sebuah tulisan. Topik karangan harus bermanfaat, layak dibahas, menarik, dikenal baik, bahan mudah didapati, tidak terlalu luas, dan terlalu sempit.
Dalam pemakaiannya, topik sering dikacaukan atau disamakan dengan istilah tema.Dalam proses penulisan karangan,tema dan topik memiliki rumusan yang berlainan walaupun nantinya apa yang dirumuskan keduanya memiliki hakikat yang sama. Topik bermakna pokok karangan (pokok pembicaraan atau permasalahan), sedangkan tema diartikan sebagai landasan penyusunan karangan. Oleh karena itu, topik dirumuskan terlebih dahulu.
Sumber-sumber dari topik tersebut bisa melalui:
a.Sumber pengalaman yaitu apa-apa yang pernah dialami seseorang
b.Sumber pengamatan
c.Sumber imajinasi
d.Sumber pendapat atau hasil penalaran.
Dalam pembuatan topik maka terdapat beberapa persyaratan,yaitu:
1. Topik hendaknya menarik untuk dibahas.
Topik yang menarik bukan bagi penulisnya saja tetapi diperkirakan juga menarik untuk pembaca.Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha untuk secara serius mencari data yang penting dan relevan dengan masalah yang sedang dikarang,serta akan menimbulkan kegairahan dalam mengembangkannya dan akan mengundang minat pembaca.
2. Dikuasai penulis.
Penulis hendak memiliki pengetahuan mengenai pokok-pokok permasalahan.Topik merupakan sesuatu yang lebih diketahui penulis daripada pembacanya
3. Menarik dan aktual.
Minat pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan penulis walaupun yang menarik minat itu amat tergantung pada situasi dan latar belakang pembaca itu sendiri,namun hal-hal berikut merupakan sesuatu yang diminati masyarakat secara umum:yang aktual, penting, penuh konflik,rahasia,humor,atau hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca.
4. Topik tidak terlalu luas atau membatasi
Apabila topik itu terlalu luas, pembahasannya akan dangkal,sebaliknya topik yang terlalu sempit dalam sebuah karangan ilmiah, pembahasannya terlalu khusus tidak banyak berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.Pembatasan ruang lingkup memungkin penulis untuk mengarang dengan penuh keyakinan dan penuh percaya diri. Pembatasan topik dapat memberikan kesempatan bagi penulis untuk meneliti dan menelaah masalah yang akan ditulisnya secara intensif.Contoh untuk mempersempit atau membatasi topik untuk lebih speifik dari topik sebelumnya:
a> Menurut tempat
Negara tertentu lebih khusus daripada dunia.”Bandung Daerah Wisata” dapat dipersempit “Tangkuban Perahu dDaerah Wisata”.
b> Menurut waktu atau periode / zaman
“Kebudayaan Indonesia” dapat dikhususkan menjadi “Perdagangan Pada Zaman Majapahit”.
c> Menurut sebab akibat
“Krisis Moneter” dapat dikhususkan menjadi “ Banyaknya Perusahaan Yang Gulung Tikar”.
d> Menurut pembagian bidang kehidupan manusia
Poleksosbud,agama,kesenian,…dan sebagainya.Karangan tentang “ Usaha Pemerintah Dalam Ekonomi “ dapat diperkhususkan lagi menjadi “ Kebijakan Inflasi Dalam Bidang Ekonomi Pada Masa Krisis Moneter “.
e> Menurut aspek khusus umum / indivial kolektif
“ Dampak Globalisasi Bagi Masyarakat Di Jakarta “.
f> Menurut objek material dan objek formal.
Objek material adalah bahan yang dibicarakan .Objek formal adalah sudut dari mana bahan itu kita tinjau,misalnya” Kesusastraan Indonesia ( objek material ) “ Ditinjau dari Sudut Gaya Bahasanya “ ( Bahan formal ). “ Kepemimpinan Ditinjau dari Sudut Pembentukan Kader-kader Baru,”Keluarga Berencana Ditinjau dari Segi Agama “.
5. Topik yang dipilih sebaiknya:
a. Tidak terlalu baru
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali penulis mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada berita dalam surat kabar atau majalah populer.
b. Tidak terlalu teknis
Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah. Tulisan semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada.
c. Tidak terlalu kontroversial
Suatu tulisan yang mempunyai topik krontroversial menguraikan hal-hal di luar hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini sering menimbulkan permasalahan bagi penulisnya.


Pembatasan Topik
Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit danterbatas atau sangat khusus untuk digarap, sehingga tulisannya dapat terfokus.
Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang dalam bebrapa hal:
1. Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dankepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.
2. Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebihintensif mengenai masalhnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai berikut:
1. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
3. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.
Demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit.
Contoh:
Topik : Bencana Alam
Pembatasan Topik: Sebab-sebabnya, Sejarahnya, Perkembangannya, Keadaannya, Untung-rugi

Tema
1. Menentukan tema dan judul
sebelum anda mau melangkah yang pertamakali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema.
namun, bagi pemula (yang belum berpengalaman seperti saya) perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :
a. jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas (soalnya ngak bakal selesai)
b. Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
c. Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh. (kalo sulit gimana mau ngerjain. jelas?)
kadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat2 diatas. ya contohnya pas lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa memakainya. ya sudahlah takperlu disesali..
ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita. cukup!!!…

3.2. Merumuskan judul karangan

3.3. Menyusun kerangka karangan
Membuat kerangka
bekal ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu2 dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
berikut fungsi kerangka karangan :
a. memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c. membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting
tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a. mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan2 yang timbul)
b. mengatur urutan gagasan.
c. memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d. membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. soalnya bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)

3.4. Mengumpulkan bahan/ data
1. Mengumpulkan bahan
udah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. buat apa ide muluk2 kalau tidak diperlukan. perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. banyak cara memngumpulkannya, masing2 penulis mempunyai cara masing2 sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
2. menyeleksi bahan
Udah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan2 yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk2 berikut ini:
1. catat hal penting semampunya
2. jadikan membaca sebagai kebutuhan (iqra’ !..)
3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan2 ilmiah. (bertanya pada orang yang lebih berpengalaman dan wawasan lebih luas sangat membantu dalam mempermudah penulisan yakin.. asli lho…!!)
3.5. Mengembangkan kerangka karangan
mengembangkan kerangka karangan
proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. jika benar2 memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan.
pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.
3.6. Cara pengakhiran dan penyimpulan


3.7. Menyempurnakan karangan




















Daftar Pustaka
Abdulrrosyid. 2009. Puisi: Pengertian dan Unsur-unsurnya, (Online), (http://abdulrrosyid.wordpress.com, diakses 18 Desember 2010).
Finoza, Lamuddin. 1993. Kemahiran Berbahasa Indonesia. Jakarta: Mawar Gempita.
Mindabahasa. 2007. Contoh Karangan Gejala Merokok dalam Kalangan Remaja, (Online), (http://mindabahasa.wordpress.com, diakses 19 Desember 2010).
Perwira, Ari. 2010. Pengertian Puisi Beserta Unsur-unsurnya, (Oline), (http://ariperwira.co.cc diakses 18 Desember 2010).
Tunnafz, Tazkiya. 2009. Defenisi Prosa, (Online), (http://gendistra.bogspot.com, diakses 17 Desember 2010).

http://freezcha.wordpress.com/2009/11/15/topik-dan-judul-karangan/ di akses tgl 22 desember 2010
http://ariadee.wordpress.com/2007/05/15/langkah-langkah-menyusun-karangan/ di akses tgl 22 desember 2010

http://tatabahasabm.tripod.com/tulisan/ksurtrasmi.htm

http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar